RSS

Waktu adalah Permata yang Tak Ternilai Harganya


“Tiap hembusan nafasmu adalah permata yang tak ternilai harganya yang tidak ada duanya. Jika hilang ia tak akan kembali lagi selama-lamanya.” Itulah pernyataan yang disampaikan oleh Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad. Nilai tambah dari waktu itu dapat diawali dari penentuan dan pengaturan waktu yang benar. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali, semuanya terjadwal dengan rapi. Pengaturan waktu yang efektif akan membuat hidup menjadi baik dan terhindar dari kesemerawutan.

Rasul SAW. menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan di dunia ini seperti perjalanan seorang musafir yang hanya sejenak berhenti di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat panjang yang ditempuhnya.  Permasalahan terbesar setiap orang adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak seiring dengan kecepatannya untuk menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat.


Keberkahan waktu dapat kita sadari ketika waktu yang singkat ini dapat menghasilkan amal sebanyak-banyaknya. Banyak contoh yang bisa kita jadikan sebagai panutan. Lihatlah Imam Nawawi, satu dari sekian banyak contoh. Umurnya hanya empat puluh tahun tapi ilmunya bermanfaat hingga detik ini. Jutaan umat Islam mendulang keberkahan ilmunya lewat torehan karya-karya beliau semasa hidupnya yang singkat itu. Contoh lainnya adalah Habib Abdullah bin Husain bin Thahir. Begitu ketatnya beliau dalam mengatur waktu sampai-sampai dalam urusan makan dan minum dilakukannya dengan mencampur keduanya dalam sebuah tempat layaknya bubur. Beliau “terpaksa” melakukan hal ini karena khawatir waktunya terkuras sia-sia hanya gara-gara urusan makan dan minum. Sementara sisa waktunya yang lain beliau isi dengan belajar, berdzikir, dan beribadah kepada Allah.

Menurut Imam Abdullah Al Haddad, tanda orang yang tidak bisa istiqamah dalam sebuah perbuatan adalah ketika  ia sudah tidak lagi menghargai waktu. Jika kita menghargai waktu yang ada, pekerjaan duniawi akan mampu diatasi dengan memuaskan, terlebih lagi tentunya dalam soal akhirat. Ingatlah ketika kita terkadang membaca Al Quran sekenanya saja agar kemudian bisa melakukan kesenangan-kesenangan yang tidak ada kaitannya dengan kebaikan di sisi Allah. Ingatlah ketika usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri kita dari beratnya siksa Allah swt. Sadarilah tatkala kita tahu bahwa hembusan dan tarikan nafas  kita tak lagi berimbang dengan dengan upaya serta jihad kita untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah.

Menurut Imam Abdullah, Imam Ghazali pernah menuturkan, “Hendaknya engkau membagi waktu-waktumu, mengatur bacaan wirid-wiridmu, dan menentukan kesibukan dari waktu tersebut sehingga tidak keluar dari batas-batasnya.” Maka, buatlah jadwal kegiatan sehari-hari dengan penuh keseriusan untuk tidak melanggar jadwal yang telah kita susun sendiri. Buatlah jadwal kapan saatnya bangun tidur, pergi ke masjid, istirahat, berkumpul bersama keluarga, dan seterusnya. Dengan begitu, waktu akan mempunyai nilai yang tinggi. Lihatlah bagaimana binatang yang bernama ayam menjaga mutu waktu hidupnya dengan penuh kemanfaatan. Ia bangun sebelum azan sebelum berkumandang (bersiap-siap melaksanakan shalat subuh), keluar dari kandangnya (bekerja), tidak pernah risau dengan rezeki (tawakkal) untuk hari esoknya. Seakan ia berkata, “Jika aku ditakdirkan hidup, berarti jatah rezekiku masih ada di hari esok.”

Cepat sekali waktu berlalu. Mengalir tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, bergerak. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita pun berkurang. Kita semakin dekat ke liang lahat. Waktu kita adalah adalah umur kita. Umur berjalan seiring dengan berlalunya waktu yang semakin berkurang dari hari ke hari, bahkan di tiap detik. Umur adalah modal kita, yang dari modal ini seharusnya kita dapat lebih memperoleh keuntungan dan daya guna. Umur yang bermanfaat akan menjadi jembatan menuju kenikmatan yang abadi. Seperti tiga botol yang satu diisi minyak penuh, yang lain separuh, dan yang lain lagi seperempat untuk digunakan sebagai lampu minyak. Botol yang terisi seperempat minyak akan redup terlebih dahulu, kemudian botol yang terisi separuh, barulah dan terakhir yang terisi penuh. Kita tidak pernah tahu apakah usia kita berhenti ‘menyala’ di usia tua, dewasa, atau justru letika masih muda beliau. Oleh karena itu, jangan lewatkan umur dengan sia-sia. Perjalanan dan perguliran waktu itu bisa mendekatkan diri kita pada kenikmatan surga, atau boleh jadi mendekatkan kita pada kesengsaraan neraka.

Suasana hati seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan. Adakah di antara kita yang tidak mempunyai dosa? Atau merasa mampu menebus kotoran dan dosa yang telah dilakukan selama puluhan tahun dalam usia yang telah lewat? Tentu tidak. Perasaan kurang, merasa banyak melakukan kemaksiatan, lalu menimbulkan penyesalan adalah bagian dari pintu-pintu rahmat Allah yang akan mengantarkan kita pada taubat. Suasana hati seperti inilah yang akan mendorong pemiliknya bertekad mengisi hari dengan amal yang lebih untuk menebus kesalahan masa lalu.

Mari kita bekerja keras untuk mencari pahala, meraih rahmat dan ampunan Allah sebanyak-banyaknya sekarang juga. Mari memperbanyak dzikir, sedekah, jihad, dan amal shalih. Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebajikan. Semoga Allah meneguhkan hati dan semangat kita untuk melakukan amal kebaikan



0 Responses to "Waktu adalah Permata yang Tak Ternilai Harganya"

Posting Komentar

 

Random Posts

Recent Comments

Read More :

About Template

Guestbook

Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors