RSS

Perjalanan Mi'raj Rasulullah Menembus Langit di Malam yang Mulia




Setelah
Rasulullah SAW berjumpa atas izin Allah dengan para nabi dan rasul AS di
Masjidil Aqsha, Jibril AS
memegang tangan Rasulullah dan menuntunnya menuju ke batu Shakhrah. Batu
Shakhrah adalah sebuah batu besar yang berada di tengah Masjidil Aqsha, masjid
yang merupakan kiblat bagi seluruh nabi AS.


 



Batu itu
merupakan tempat pijakan untuk Rasulullah bermi'raj, yang dikeluarkan dari
surga Firdaus. Di atas batu tersebut terdapat tangga yang sangat besar dan
sangat elok rupanya.



Rasulullah
SAW menaiki tangga mi'raj itu, anak tangga demi anak tangga, dari langit yang
pertama hingga langit yang ketujuh. Kemudian anak tangga yang kedelapan
mengangkatnya hingga ke Sidratul Muntaha, anak tangga yang kesembilan
mengangkatnya hingga ke Kursi, dan anak tangga yang kesepuluh mengangkatnya
hingga sampai di Mustawa. Jarak antara satu tingkatan anak tangga adalah
perjalanan 500 tahun. Itulah yang digambarkan oleh para ulama tafsir perihal
tingkatan mi'raj Rasulullah SAW.


Sebagaimana
yang dinukil dari banyak riwayat yang dikumpulkan para ulama, setelah
Rasulullah SAW bersama Jibril AS naik di atas tingkat anak tangga yang pertama
dari mi'rajnya itu, beliau naik dengan kecepatan bagaikan kilat yang menyambar
hingga beliau SAW dan Jibril AS sampai di langit yang pertama.


Jibril
AS kemudian memberi salam kepada malaikat
penunggu langit yang pertama itu, "Assalamu'alaik."


Malaikat
penunggu langit pertama bertanya, "Siapa engkau?"


Jibril
AS menjawab, "Aku Jibril."


Lalu ia
ditanya lagi, "Siapa yang bersama denganmu?"


"Aku
bersama Muhammad," jawab Jibril AS.


Malaikat
itu kembali bertanya, "Apakah memang telah diperintahkan untuk datang?"


Jibril
AS kembali menjawab "lya, memang telah
diperintahkan untuk datang."


Malaikat
itu pun kemudian membukakan pintu langit yang pertama tersebut seraya
mengatakan, "Allah SWT telah memberi kehormatan kepada nabi ini, dan
kepada khalifahnya (Jibril AS).
Maka inilah sebaik-baiknya khalifah dan sebaik-baiknya pengunjung."


Di langit
yang pertama itu, Rasulullah SAW melihat Nabi Adam AS dan memberikan salam
kepadanya.


Nabi Adam
AS menjawab salam tersebut dan mengatakan, "Sambutan yang luas pada
putraku yang shalih dan nabi yang shalih."


Saat itu
Rasulullah SAW juga melihat pemandangan para malaikat dalam jumlah yang sangat
banyak berbaris sambil bertasbih dan bertahlil.


Sesaat
kemudian, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke langit yang kedua.


Malaikat
penjaga pun membukakan pintu langit kedua seraya memberikan penghormatan,
pujian-pujian, dan doa bagi Rasulullah, seperti halnya yang juga dilakukan malaikat
di langit yang pertama.


Di langit
yang kedua, Rasulullah SAW melihat Nabi Isa AS putra Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria
AS.


Rasulullah
SAW menyampaikan salam kepada keduanya. Keduanya pun membalas salam Rasulullah
SAW, berikut segala kehormatan, pujian-pujian, dan doa bagi Rasulullah SAW.


Begitulah
seterusnya, langit demi langit dilewati dalam perjalanan mi'raj Rasulullah SAW
bersama Jibril AS.
Di langit yang ketiga Rasulullah SAW bertemu Nabi Yusuf AS, yang sangat tampan
dan elok rupa wajahnya. Di langit keempat Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris AS,
di langit kelima dengan Nabi Harun AS, dan di langit yang keenam beliau bertemu
Nabi Musa AS.


Setiap
kali bertemu dengan para nabi itu, Rasulullah SAW beroleh penghor matan, pujian-pujian,
dan doa yang disampaikan oleh para nabi yang mulia tersebut, serta dari para
malaikat penjaga pintu langit.


Hingga
kemudian sampailah Rasulullah SAW di langit yang terakhir, langit yang ketujuh.
Di langit yang ketujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Bapak para Nabi, Nabi Ibrahim
AS.


Dalam
perjumpaan itu, Nabi Ibrahim AS berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai
Muhammad, banyakkanlah hajatmu di hadapan Tuhanmu Azza wa Jalla, yaitu hajat
bagi umatmu, sebab umatmu adalah umat yang dhaif. Kemudian, wahai Muhammad,
sampaikanlah berita kepada umatmu bahwa surga itu begitu luas dan begitu bagus.
Surga adalah tanaman dari kalimat Subhanallah wal hamdulillah wa lailaha
illallah wallahu akbar. Karenanya, barang siapa membaca kalimat tersebut satu
kali, ditumbuhkan baginya satu pohon di dalam surga." Demikianlah pesan
yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim AS kepada Rasulullah SAW.


Pada saat
itu, Rasulullah kembali melihat para malaikat dalam jumlah yang teramat banyak
hingga berkali-kali lipat banyaknya dari jumlah malaikat yang menghuni langit
sebelumnya.


Sidratul
Muntaha


Setelah
bersua dengan Nabiyullah Ibrahim AS, keduanya melanjutkan kembali perjalanannya
hingga ke tingkat kedelapan dari perjalanan mi'raj, yaitu ke Sidratul Muntaha.


Sidratul
Muntaha digambarkan laksana sebuah pohon yang sangat besar. Besarnya itu tidak
diketahui kecuali oleh Allah SWT. Dikatakan, sekiranya seseorang menunggang
kuda dan melarikan kudanya dengan cepat selama 70 tahun, bayangan di bawah
teduhnya pohon itu belum dapat terlampaui.


Setiap
satu daun pohon itu dapat meneduhkan beberapa makhluk di bawahnya. Di atas
setiap daunnya, terdapat satu malaikat yang sedang membaca tasbih dan taqdis,
dengan kemerduan suara yang belum pernah didengar oleh manusia.


Begitu
banyak keajaiban dan kemegahan yang terdapat pada pohon Sidratul Muntaha, yang
cahayanya sangat elok.


Pohon
Sidratul Muntaha memiliki dasar yang berada di atas langit keenam, sedangkan
pertengahan pohon itu berada di langit yang ketujuh. Cabang-cabangnya berada di
atas Kursi, sementara setiap ujung cabangnya mencapai setiap malaikat yang
tengah berada di atas Arsy. Di pertengahan pohon itulah keberadaan maqam (kedudukan)
Nabi Ibrahim AS.


Sesampainya
di sana, Jibril
AS berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya
Muhammad, berjalanlah!"


Rasulullah
menjawab, "Hai kekasihku, berjalanlah."


Rupanya
keduanya saling mempersilakan jalan terlebih dahulu.


Jibril
AS kembali mengatakan, "Ya Muhammad,
berjalanlah. Karena engkau lebih mulia dariku."


Maka
berjalanlah Rasulullah SAW di muka, dan Jibril AS
berjalan di belakang Rasulullah SAW.


Alam di
atas sana adalah alam yang banyak
dipenuhi hijab.


Sesampainya
Rasulullah SAW bersama Jibril AS
di suatu tempat, berkata malaikat penunggu hijab yang pertama, "Siapakah
engkau."


"Aku
Jibril, bersama Muhammad, yang telah diperintahkan untuk datang."


Dan
malaikat itu pun bertakbir, "Allahu Akbar!"


Kemudian
malaikat itu mengeluarkan tangannya dari bawah hijab dan mengangkat Rasululah
SAW ke atas tingkat mi'raj yang kesembilan.


Sesampainya
di mi'raj tingkat kesembilan, Jibril AS
berhenti. Rasulullah SAW pun berkata kepada Jibril
AS, "Hai kekasihku, mengapa kau tidak
ikut naik? Apakah kau akan meninggalkan diriku seorang diri?"


Jibril AS
menjawab, "Bangsa kami, malaikat, tidak berada kecuali pada maqam yang
telah diketahui (ditentukan)."


Kemudian
malaikat hijab yang pertama bersama Rasulullah SAW naik bagaikan kilat hingga
sampai kepada malaikat hijab yang kedua.


Malaikat
itu berkata, "Siapa engkau?"


Malaikat
hijab yang pertama menjawab, "Aku malaikat hijab yang pertama bersama
Muhammad, yang telah diperintahkan untuk datang."


Malaikat
itu pun bertakbir, "Allahu Akbar!"


Kemudian
malaikat itu mengeluarkan tangannya dari bawah hijab dan mengangkat Rasulullah
SAW yang diiringi sejumlah malaikat di setiap hijab yang dilalui, hingga
sampailah Rasulullah SAW pada tingkat mi'raj yang kesepuluh.


Mustawa


Di tingkat
mi'raj yang kesepuluh, mereka menaikkan Rasulullah SAW kembali hingga sampai
pada suatu tempat yang dinamakan Mustawa. Mustawa adalah suatu tempat yang
mahatinggi lagi mahaluas dan sangat terang bercahaya. Di tempat itu, Rasulullah
SAW mendengar suara Qalam, yang bergerak-gerak di atas Lauhul Mahfuzh.


Dari atas,
turunlah sebuah tempat duduk yang sangat megah dan bersinar dengan segala
cahaya, namanya ArRafraful Akhdhar. Para malaikat
muqarrabin kemudian mendudukkan Rasulullah SAW di atas tempat duduk itu.


Tak lama
kemudian Ar-Rafraful Akhdhar menaikkan beliau dengan kecepatan bagaikan kilat
hingga sampailah beliau di bawah Arsy.


Sesampainya
di bawah Arsy, sangatlah berdebar hati Rasulullah SAW. Lidahnya kelu terkunci
dari berkata-kata, lantaran kehebatan Arsy, yang sangat agung dengan kemegahan
cahayanya.


Karena
kasih sayang Allah SWT bagi hamba-Nya yang mulia ini, pada saat itu juga Allah
menciptakan satu malaikat yang serupa dengan Abu Bakar Ash Shidiq, kekasih
Rasulullah SAW, demi menenangkan hati beliau dari segala ketakutannya.


Kemudian,
malaikat tersebut berkata kepada Rasulullah SAW, "Hai Muhammad,
sesungguhnya Tuhanmu sedang memberi shalawat atasmu."


Perjumpaan
Agung


Di bawah
Arsy, turunlah setetes Sundusil Arsy yang jatuh ke lidah Rasulullah. Kelezatannya
belum pernah dirasakan oleh makhluk mana pun. Dengan tetesan Sundusil Arsy itu,
Rasulullah SAW beroleh karunia 'ilmul awwalin wal akhirin (pengetahuan dari
orang-orang terdahulu dan terkemudian).


Sesaat
kemudian lisan suci Rasulullah SAW terbuka dan menghaturkan kesempurnaan
penghormatan ke hadirat Ilahi Rabbi, "Attahiyatul lillah wash shalawatu
wath thayyibat (Segala kehormatan yang sempurna bagi Allah, demikian pula
segala shalat, serta segala puja dan Puji) "


Allah SWT
berfirman, "Salamun alaika ayuhannabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh (Kesejahteraan
atasmu, wahai Muhammad, dan kasih sayang Allah serta segala keberkahan)."


Rasulullah
SAW menjawab, "Assalamu alaina wa 'ala 'ibadillahish shalihiin (Kesejahteraan
atas kami dan atas segala hamba Allah yang shalih)."


Kemudian
Rasulullah SAW menyampaikan beberapa permintaan ke hadirat Tuhannya Azza wa
Jalla lewat sejumlah munajatnya. Maka, keseluruhan permintaannya itu diperkenankan
Allah SWT bagi Nabi Muhammad SAW dan bagi umatnya.


Allah SWT
kemudian menyampaikan kewajiban shalat atas Nabi Muhammad SAW dan atas umatnya lima
puluh waktu dalam sehari semalam.


Maka,
setelah Nabi Muhammad SAW usai bermunjat kepada Tuhannya dengan segala
permintaan dan menerima segala perintah Tuhannya, dan di sisi lainnya Allah SWT
pun telah memperkenankan segala permintaan hambaNya dan telah menyampaikan
segala. perintah-Nya kepada sekalian umat Nabi Muhammad SAW, pada saat itu
sekalian malaikat mengucapkan, "Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu
anna muhammadarrasulullah." .


Allah
kemudian mengizinkan Nabi Muhammad SAW untuk pulang, agar dapat menyampaikan
segala perintahNya kepada sekalian umatnya.


Rasulullah
SAW kembali diantar oleh Ar-Rafraful Akhdhar.


Setelah
turun, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan Jibril AS di Sidratul Muntaha.


Pertanda
Keistimewaan Rasulullah


Jibril
AS menyambut Rasulullah SAW, yang baru saja
berjumpa dengan Allah SWT, dengan segala puji-pujian, seraya mengatakan, "Berbahagialah
engkau, wahai Muhammad, dengan karunia Allah Azza wa Jalla yang belum pernah
diberikan kepada makhluk apa pun, dan pangkat kebesaran yang tidak pernah dapat
dicapai oleh makhluk mana pun."


Maka
kemudian Rasulullah SAW pun mengucapkan syukur kepada Allah SWT.


Lalu
Rasulullah SAW kembali turun hingga bertemu lagi dengan Nabi Musa
AS.


Bertanya
Nabi Musa AS, "Apa yang telah diperintahkan Allah atas umatmu, wahai
Muhammad?"


Rasulullah
berkata, "Sembahyang lima
puluh waktu sehari-semalam."


Maka Nabi
Musa AS pun mengatakan, "Kembalilah kepada Allah, dan mintakan kepada-Nya
keringan atas umatmu. Karena umatmu tak kuasa mengerjakannya."


Mendengar
perkataan Nabi Musa AS, Rasulullah SAW naik kembali hingga ke Sidratul Muntaha
dan bersujud ke hadirat Allah SWT.


Allah SWT
Yang Maha Mengetahui, berfirman "Hai Muhammad, angkat kepalamu dan
mintalah apa yang engkau kehendaki."


Rasulullah
SAW mengatakan, "Ya Allah, hamba memohon keringanan atas umat hamba."


Allah SWT
pun kemudian mengurangi jumlah waktu shalat sehari-semalam, dikurangi lima
waktu.


Pada saat
turun dan bertemu kembali dengan Nabi Musa AS, Rasulullah mengabarkan
keringanan yang diberikan.


Tapi Nabi
Musa AS berkata, "Mintakan lagi keringanan untuk umatmu, karena umatmu tak
kuasa mengerjakannya."


Demikianlah
hal itu terjadi berulang-ulang, hingga sampai lima
waktu sehari semalam. Allah berfirman, "Itulah yang Aku tentukan atasmu
dan atas umatmu, dan pada shalat yang lima
waktu itu pahalanya lima puluh
waktu”.


Saat
Rasulullah berjumpa kembali dengan Nabi Musa AS dan Nabi Musa AS kembali
mengatakan kepada Rasulullah agar memintakan lagi keringanan atas kewajiban
jumlah waktu shalat yang ditetapkan, Rasulullah SAW mengatakan, "Kami
sangat malu kepada Allah Azza wa Jalla. Dan ia telah menentukan shalat lima
waktu itu."


Para ulama
mengatakan, berulang-ulangnya Rasulullah SAW menghadap Allah hingga sembilan
kali, untuk memintakan keringanan atas umatnya ke hadirat Allah SWT dan
kemudian Allah memperkenankan segala permintaan tersebut, itu adalah suatu
pertanda yang Allah berikan kepada para malaikat akan ketinggian kedudukan
Rasulullah SAW dan ketinggian kedudukan terkabulnya syafa'at Rasulullah SAW.






 Disadur
dari Majalah alKisah Edisi No.14/TahunVII/Juli 2009, Nukilan dari karya Al
Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya.


0 Responses to "Perjalanan Mi'raj Rasulullah Menembus Langit di Malam yang Mulia"

Posting Komentar

 

Random Posts

Recent Comments

Read More :

About Template

Guestbook

Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors